REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kapten Italia, Giorgio Chiellini, bereaksi menjelang final Piala Eropa (Euro) 2020. Timnya bertemu Inggris di Stadion Wembley, London, Inggris, Senin (12/7) dini hari WIB.
Chiellini yang bermain sebagai bek tengah, bakal terlibat pertempuran dengan penyerang tuan rumah, Harry Kane. Palang pintu asal klub Juventus itu memprediksi duel ketat akan terjadi.
Sejatinya, jebolan akademi Livorno ini tampil impresif sepanjang turnamen bergulir. Sang bek sempat absen ketika Gli Azzurri bertemu Turki dan Austria. Setelahnya, ia unjuk gigi dalam dua bigmatch melawan Belgia serta Spanyol. Ini khususnya pada babak sistem gugur.
Di sisi lain, gebrakan Kane, tak kalah mentereng. Kapten the Three Lions itu hanya mandul di penyisihan grup.
Pada fase knock-out, jagoan Tottenham Hotspur itu mengamuk. Ia terus mencetak gol ketika anak asuh Gareth Southgate mengalahkan Jerman, Ukraina, serta Denmark.
"Saya selalu mengagumi Harry Kane. Saya masih ingat salah satu pertandingan pertamanya dengan Inggris, ketika kami melawan mereka di Turin," kata Chiellini, dikutip dari theworldgame.sbs.com, Sabtu (10/7).
Laga yang berlangsung pada 2015 lalu, berkesudahan imbang 1-1. Sejak saat itu, sang bek mengaku terkesan melihat aksi Kane.
Mereka juga pernah berhadapan di Liga Champions. Chiellini mengaku beruntung bisa bermain melawan bomber 28 tahun itu.
Namun Chiellini juga menyadari, daya ledak Inggris di lini serang, bukan cuma Kane seorang. Ada banyak jugador berkelas milik Southgate di area sayap kiri dan kanan.
Chiellini menyinggung sosok Jack Grealish, Jadon Sancho, Marcus Rashford, Dominic Calvert-Lewin. Kemudian Phil Foden, juga Jordan Henderson.
Menurut Chiellini, nama-nama tersebut layak berada di starting XI the Three Lions. "Ini akan menjadi pertandingan yang hebat. Kedua tim sama-sama tidak memiliki rasa takut, tapi sangat menghormati satu sama lain," ujar pemilik 111 caps Gli Azzurri itu.
Duel di Wembley, akan menjadi final keempat Italia di Piala Eropa. Dalam tiga kesempatan sebelumnya, pasukan biru hanya sekali keluar sebagai pemenang.
Itu terjadi pada 1968 lalu. Pada Euro 2000 dan 2012, para gladiator Negeri Piza merasakan pil pahit di partai puncak.